Saturday, November 13, 2010

Live Sinetron

*flash back 1 week previously*

"Ya Allah dokterrrrrrrrrr!!!"
Itulah ayat pertama yang saya dengar dari ruang CT scan. Dalam keadaan kelam-kabut dan gelabah-gelabah saya mencari Dr.M untuk lapor diri bahawa saya koas (a.k.a dokter muda) yang jaga UGD (unit gawat darurat) pada petang itu. Sebenarnya bukan gelabah sebab apa, takut dokter tu bengang je sebab I datang lambat. Takde lah lambat pon, on time sebenarnya tapi saya ke belakang dulu untuk sign attendance tapi sebenarnya Dr.M tu pon lambat jugak, sampai dokter yang stase pagi ketika bertembung ditengah jalan, dia sempat mengoperkan (meng-hand-in kan) patient yang time tu tengah gawat dekat UGD kepada saya, sebab dia cakap Dr.M tu belum sampai lagi! Kantoi!!! Kwang kwang kwanggg… tapi takpe, selambe! Nasib baik Dr.M cool je…

Kembali ke sinetron tadi, sebenarnya saya dah tau dah patient yang baru di CT scan tu keadaannya memang gawat. Mula-mula sampai dekat ruang CT scan tu, dengar isteri dia macam hysteria, saya ingatkan patient tu 'sudah berangkat' (ke Rahmatullah). Tapi rupa-rupanya masih panjang umur dia, cuma isteri dia je yang agak slow sikit dalam memahami keadaan suaminya yang 'sudah tidak lama' itu.

Memang saya difahamkan oleh anak tiri patient, bahawa isteri baru bapaknya itu slow. Kata anak lelakinya itu dalam keadaan yang menggelikan hati

"Emang begitu dok, orangnya itu 'telmi'… ngedeso, ga ngerti blast"
(Memang macam tu dokter, orang tu (ibu tirinya) lembap… orang kampong, tak tau apa2")

Sebenarnya saya rasa macam nak tergelak je bila budak tu (umur sekitar 18-19 tahun) mengumpat mak tirinya, tapi seperti biasa saya harus tetap maintain cool… control~

Prognosis untuk penderita stroke haemorrhage memang buruk

atau seperti yang sering dikatakan orang Indonesia 'jelek', lebih lagi yang perdarahannya sudah menekan otak sampai terjadi herniasi sampai ke bahagian pons (brainstem), memang jelek habis lah! Survival rate untuk hidup dalam 24jam memang sangat tipis (kecuali dengan izin Allah).

Jadi, keluarga patient berkali-kali (memang kena bagitau berkali-kali sebab bak kata anaknya, mereka 'telmi') diinformasikan tentang betapa jeleknya keadaan patient ni yang memang tak ada harapan untuk hidup. Tetapi tiap kali bertembung dengan isteri patient, pasti isterinya mem-begging supaya suaminya diselamatkan. Bukan tak nak selamatkan, tapi cuba cakap sikit macam mana… semua ubat-ubatan dah masuk, vital sign dah dikontrol ketat, nak operation? Mana boleh, herniation dah sampai brainstem tuh! Neurosurgeon mana berani? Kalau berani pun nanti kena saman sebab bukan indication.

Yang penting sekarang, tolong lah pergi berdoa, sembahyang hajat, baca Yaasin, minta dekat Allah. Tak faham betul lah orang-orang ni, jarang betul saya nampak ada ahli keluarga di ruang tunggu yang pegang surah Yaasin atau naik ke musholla untuk solat. Bukan jarang, memang tak pernah pon!!! Geram betul tengok ahli-ahli keluarga yang duduk melangok tercangkuk melalak-lalak meraung-raung tertonggeng-tonggeng dekat luar UGD tu sebab tak boleh terima kenyataan yang ahli keluarganya dalam keaadan kritis (memang scene emosi melampau macam dalam drama/sinetron mereka).
Gerammm!!! Macam mana dokter nak kerja selamatkan patient kalau tanpa bantuan Allah??! Cakap sikit!

Untuk memendekkan cerita, umur patient ini agak panjang sehingga dia sempat diusung ke ICU (sebab selalu patient jelek macam ni memang meninggal dkt UGD). Waktu dia ke ICU, kebetulan sama dengan waktu saya shift di ICU. Okay, sabar…

Sepanjang di ICU, Isteri patient yang menunggu di luar meraung-raung memanggil suaminya sehingga dia harus ditenangkan bukan sahaja oleh ahli keluarganya, tapi oleh orang-orang sekitar juga.

"Ya Allah, aku memohon mukjizat mu!!!"

"Ya Allah, suami ku memerlukan mukjizat mu ya Allah toloooooooooong!!!"

Dari jam 11 malam sehingga jam 3 pagi, itu sahajalah yang kedengaran dari luar ICU. Bukannya perlahan, orang dah melalak! ICU kita pula bukannya sound proof pun!

Adoi… betul-betul rasa macam tengah tengok sinetron yang penuh emosi, rasa macam nak keluar, pegi sound ibu tu je…

"Maaf buk, tolong jangan teriak-teriak ke Allah, Allah itu maha mendengar. Silakan berdoa dengan tenang"

Tapi tak sampai hati pula nak kacau orang yang tengah dalam keaadan jiwa kacau. Silap-silap saya yang masuk ICU kena terajang dengan dia! uuuu takuts~

Pukul 3 pagi, mata saya sudah 90% tertutup, otak dah 99% on hibernation, badan letih lesu, tiba-tiba nurse panggil saya dengan tenang (yes, dia memang sangat tenang)

"Mbak, Pak S (nama dirahsiakan), sudah apnoe"

relax je nurse tu cakap dengan muka mamai-mamai dia…

"What?! Apnoe? Ayo resusitasi!"
Walaupun dalam hati saya, mungkin resusitasi tidak akan berhasil, tapi kita tetap harus resusitasi. Saya terus menelifon resident untuk melaporkan keadaan patient. Sementara menunggu resident datang, sebelum para nurses menyiapkan diri untuk resusitasi, saya pun memanggil keluarga patient. Isterinya sudah pengsan di luar.

Ok, good! Kalau isterinya tak pengsan tentu dia akan meraung lebih kuat dan mengganggu patient-patient lain di ICU.

Tak sampai 5 menit, patient itu pun dijemput…

Innalillahiwaiinailahirojiun.

Saya pun… ZzzZzz~

* Telmi – telat mikir (slow thinker)

Wednesday, November 3, 2010

Ordinary working day

I'm glad… I'm glad to have started my fingers running on this keyboard and begin to blog again.

It's raining kittens and puppies outside. Such a nice weather to have a hot cup of tea and a piece of chocolate. Not just an ordinary chocolate, but this pieces of chocolate are especially made for me, and have a picture of my face on it! No kidding! Thanks to my thoughtful aunt whom I called Mak Teh for the box of sweetness.
Box of sweetness

On the other hand (of this lovely raining kittens-and-puppies), my plan to shed these nasty fats and dream of having a well-toned body is hampered to accede myself enduring for some rest and relax time at home… It was raining cats-and-dogs when I came back from work this afternoon, it was unbearable if I must walk to the gym in such weather, therefore I succumbed, took a shower and made a cup of hot tea.

Today, was an ordinary working day…
The word 'ordinary' in my job scope does not match the definition of any 'ordinary' you may find in any dictionary. I don't do the same worksheet everyday, I don't count on the same problems everyday. As what I am doing now, everyday is a surprise. I never knew what may come, and how I am going to solve it, but I just have to work it out anyway… However the ordinary I mean here is conferring the arrangement of programs and that's all.

Today, as we entered the clinic, there were only a few 'fresh pink folders' under the sign 'OB' for us to 'settled'. The fresh pink folders mean new medical records of new patients, while 'OB' stands for 'Orang Baru' in other word 'new patients'. All new patients are first handed to Dokter Muda to 'try' to solve, and next handed to the resident for supervision. I am very honored that our education system is being very lenient to us as medical students that they give us this opportunity to handle patients on our own, as many other centers do not allowed their students to even land their hands on patients, oh kasihan kepada anda anda yang hanya dapat melihat!

Alright then, I called in my first patient… suspecting her with vertigo, besides the general neurological examination, I performed extra vestibular examination on her (the Romberg test, Tandem walk, Halpike maneuver and motor-coordination test). I am so pleased that my patient was cooperative! Phew~ 


At the same time, Zana had an almost same case patient, but in an elder age and came with her daughter. The daughter who happened to be a worker in the hospital cafeteria and wearing the cafeteria uniform, seemed to get frustrated that her mother was held to a Dokter Muda instead of the resident. She insisted Zana to hurry on her examination and very not cooperative during the examination.

While in Tandem Walk Test, the mother grumbles and oppose, claiming that she was too dizzy to be performed with all the examinations, and she insist to be consult to our resident as soon as possible. Eeeee mengada-ngada!!! So Zana has to explain to her that however she refused the examination, she still has to wait for her turn to be consulted to the residents (since there were quite a few patients in the row). Nonetheless the daughter, on her assertion of being a very important person in hospital, in her so-proud of (cafeteria) uniform claimed that she should get the privilege to be attended before other patients. The next annoying thing was that she couldn't leave us alone in the room and remained eyeing on what we are doing. Konon kau macam supervisor nak inspect pekerja la tu eh? Tak takut pOn!

Ek elllleehhh!!! Pooodah-cit! Kau ingat dah up sangat lah tu kerja dekat hospital yang kau patut dapat privilege? Please deh, kau kerja dekat kantin jer, takde beza dengan orang lain yang kerja cuci pinggan dekat warung tepi jalan! Ingat kite orang nak sangat la tu check mak kau yang konon pening kepala, padahal tension headache je! Patut pun mak kau tension, sebab dapat anak macam kau...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...